Monday, May 16, 2016

REMAJA DAN KONSEP DIRI

Remaja, Konsep Diri dan Prestasi
Oleh: Nelson Sihaloho
Description: D:\Pictures\NELSON TERABRU.jpg
Abstrak:
Masa remaja merupakan salah satu masa dalam perkembangan manusia yang menarik perhatian untuk dibicarakan, sebab pada masa remaja, banyak mengalami perubahan serta kesulitan yang harus dihadapinya. Seringkali masa remaja dianggap sebagai periode transisi yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Pada periode masa remaja biasanya remaja bersaha untuk mampu membina hubungan yang matang dengan teman sebaya. Moss dan Kagen (dalam Calhoum & Acocella, 1990) mengatakan bahwa konsep diri yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi keinginannya untuk berprestasi. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Gage dan Berliner (1979), bahwa terdapat hubungan yang positif antara konsep diri dengan keinginan untuk berprestasi yang dimiliki oleh individu.
Kata kunci: Remaja, Konsep diri dan Prestasi
Gambaran Umum Remaja
Masa remaja merupakan salah satu masa dalam perkembangan manusia yang menarik perhatian untuk dibicarakan karena pada masa remaja, seseorang banyak mengalami perubahan serta kesulitan yang harus dihadapinya. Masa remaja dianggap sebagai periode transisi yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Pada masa ini remaja berusaha untuk mampu membina hubungan lebih matang dengan teman sebaya. Remaja pun selalu ingin sukses dalam hidupnya, biasanya remaja mempunyai cita-cita dan idealisme yang tinggi.  Salah satu tugas perkembangan diantaranya yakni mengembangkan kemampuan intelektual dan menjadi orang yang berpendidikan serta memiliki motif untuk berprestasi tinggi.  Kebutuhan berprestasi merupakan salah satu motif yang berperan penting pada remaja. Kebutuhan berprestasi tinggi akan mendorong remaja untuk fokus pada pencapaian prestasi. Remaja yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ketika menghadapi masalah akan melakukan cara-cara positif dalam memecahkan masalahnya, yakni tidak menggunakan kekerasan dalam memecahkan masalah serta berfikir dengan akal logika. Setiap remaja dalam menjalani kehidupannya, pasti mempunyai berbagai macam tujuan yang hendak dicapainya.
Sebab pada masa ini remaja mulai memikirkan jenjang karir maupun keinginan untuk keberhasilan atau prestasi dimasa mendatang. Menurut Woolfolk (1993) motivasi berprestasi merupakan suatu keinginan untuk berhasil, berusaha keras, dan mengungguli orang lain berdasarkan suatu standar mutu tertentu. Adapun ciri-ciri individu yang memiliki motivasi yang tinggi menurut Birch (dalam Bernstein, dkk, 1988) adalah menetapkan tujuan yang menantang dan sulit namun realistik, terus mengejar kesuksesan serta mau mengambil resiko pada suatu kegiatan, merasakan kepuasan setelah mendapatkan kesuksesan namun terus berusaha untuk menjadi yang terbaik, dan tidak merasa terganggu oleh kegagalan yang diperolehnya.
Beberapa fakor yang mempengaruhi motivasi menurut Woolfolk (1993) yakni faktor internal dan faktor eksternal.  Dalam kehidupan sosial, remaja banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya dan umumnya remaja menghabiskan waktu dua kali lebih banyak dengan teman sebayanya daripada, dengan orang tuanya. Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya (Hurlock, 1980).  Seringkali remaja termotivasi oleh faktor lingkungan, terutama temannya dimana dalam lingkungan pertemanan, remaja seringkali ingin mengungguli prestasi-prestasi yang dicapai oleh temannya yang lain. Keberhasilan mendapatkan prestasi sangat dipengaruhi oleh faktor motivasi (Ninawati,2002). Motivasi merupakan hal terpenting dalam proses belajar karena motivasi bukan hanya sebagai penggerak tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku dalam belajar. Tinggi rendahnya motivasi dalam belajar terkait dengan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh para remaja. Motivasi berprestasi memiliki peran sangat penting di dalam keberhasilan kegiatan akademik, sebab motivasi berprestasi akan mendorong siswa untuk melakukan semua kegiatan akademik dengan penuh semangat. Menurut McClelland, et al (1953, dalam Chapman, 2000) bahwa tingkat usaha seseorang untuk sukses dihubungkan dengan keberhasilan yang tinggi untuk berprestasi. Motivasi berprestasi harus menjadi perhatian yang serius dalam rangka mengembangkan peran siswa sebagai modal dasar kemajuan bangsa. Fernald dan Fernald (1999) mengatakan bahwa tumbuh kembangnya motivasi berprestasi salah satunya dipengaruhi oleh konsep diri. Moss dan Kagen (dalam Calhoum & Acocella, 1990) juga mengatakan hal yang sama bahwa keinginan untuk berhasil dipengaruhi oleh konsep diri yang dimiliki individu. Harter (1991; dalam Steinberg, 2002) menyebutkan bahwa siswa-siswa yang percaya akan kemampuan diri sendiri memiliki motivasi berprestasi tinggi yang akan mempengaruhi penampilan belajar mereka. Konsep diri adalah penilaian kognitif terhadap diri sendiri (Hattie, 1992).
Faktor Keberhasilan
Keberhasilan untuk mendapatkan prestasi akademik sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Gage & Berliner (1979) dan Sumadi Suryabrata (2004) konsep diri dan motivasi berprestasi merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi akademik. Moss dan Kagen (dalam Calhoum & Acocella, 1990) mengatakan bahwa konsep diri yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi keinginannya untuk berprestasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gage dan Berliner (1979), menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara konsep diri dengan keinginan untuk berprestasi yang dimiliki oleh individu. Studi yang dilakukan oleh Harter (1991; dalam Damon, 1998) mengindikasikan bahwa siswa-siswa yang percaya akan kemampuan diri sendiri memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mempengaruhi prestasi akademik mereka. Konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman baik itu pikiran, perasaan, persepsi, dan tingkah laku individu (Calhoum & Acocella, 1990). Hattie (1992) juga mengatakan bahwa konsep diri merupakan pedoman dalam bertingkah laku, yakni perilaku untuk berprestasi.
Snygg, Combs dan Jersild (dalam Burn, 1993) menyebutkan bahwa konsep diri merupakan variabel penting yang mempengaruhi tingkah laku siswa. Perbedaan dalam konsep diri berkaitan erat dengan perbedaan dalam prestasi akademik. Fink (1962) menemukan hubungan yang signifikan antara konsep diri yang rendah dengan prestasi akademik rendah, dan hubungan ini tampak lebih kuat pada siswa laki-laki dibandingkan dengan siswa perempuan. Jones dan Grieneeks (1970; dalam Burns, 1993) telah meneliti hubungan antara konsep diri dengan prestasi akademik. Hasilnya adalah terdapat hubungan positif antara konsep diri dengan prestasi akademik pada siswa baik laki-laki maupun perempuan. Jones juga menemukan bahwa konsep diri merupakan prediktor yang terbaik terhadap prestasi akademik, bahkan berada di atas IQ dan bakat. Penelitian Brookover, Thomas dan Peterson (1964; dalam Burns, 1993), mendapatkan hasil bahwa konsep diri secara signifikan dan positif berkaitan dengan evaluasi yang dilakukan significant other.dalam bidang akademik, berhubungan dengan description, expectation, dan prescription. Secara umum motivasi seseorang tidak berada pada suatu keadaan yang stabil karena dipengaruhi oleh berbagai factor. Fernald dan Fernald (1999) mengungkapkan terdapat empat factor yang mempengaruh motivasi berprestasi, yaitu: keluarga dan kebudayaan, konsep diri, jenis kelamin dan pengakuan/prestasi. Setiap individu yang telah terpenuhi kebutuhan pokoknya memiliki kecenderungan untuk motivasi berprestasi. McClelland (dalam Robin, 1996) menyatakan bahwa bahwa yang membedakan antara individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan yang rendah adalah keinginan dirinya untuk dapat menyelesaikan sesuatu dengan lebih baik. Heckhausen (1967), menyatakan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki ciri-ciri yakni, memiliki gambaran diri positif, optimis dan percaya diri; lebih memilih tugas yang tingkat kesukarannya sedang-sedang saja daripada tugas-tugas yang sangat sukar atau sangat mudah; berorientasi ke masa depan; sangat menghargai waktu; tabah, tekun dan gigih dalam mengerjakan tugas; serta lebih memilih seorang ahli sebagai mitra daripada orang yang simpatik. Ciri-ciri orang-orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah berprestasi yang dihubungkan dengan seperangkat standar, memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik atas pekerjaan yang dilakukannya, menghindarkan tugas-tugas yang sulit atau terlalu mudah, tetapi akan memilih tugas-tugas yang tingkat kesukarannya sedang, inovatif, yaitu dalam melakukan suatu pekerjaan dilakukan dengan cara yang berbeda, efisien, dan lebih baik daripada sebelumnya, tidak menyukai keberhasilan yang bersifat kebetulan atau karena tindakan orang lain, dan ingin merasakan sukses atau kegagalan disebabkan oleh tindakan individu itu sendiri.
McClelland maupun Heckhausen menjadikan standar keunggulan sebagai ukuran dari target prestasi yang akan dicapai. Standar keunggulan ini meliputi;  prestasi orang lain; prestasi sendiri di masa lalu  dan tugas. Heckhausen,et.el juga  menyatakan bahwa motivasi berprestasi memiliki aspek-aspek yakni; kebutuhan berprestasi; kegiatan berprestasi; antisipasi tujuan; hambatan; bantuan; dan  suasanaperasaan. Motivasi berprestasi menyangkut aktivitas yang bersifat kompetitif, dimana seseorang akan berusaha memperoleh kesuksesan atau mengerjakan sesuatu sebaik mungkin atau lebih baik dari apa yang telah dicapai sebelumnya dan dikerjakan orang lain, keinginan bersaing dengan berhasil sehingga menimbulkan perasaan bangga jika berhasil serta tuntutan dalam diri untuk bekerja dengan baik didalam intensitas dan kualitas dari tindakan yang dilakukan.
Simpulan

Motivasi berprestasi berkorelasi positif dengan harapan untuk sukses, bukan dengan takut akan gagal serta persepsi seseorang tentang kemungkinan untuk sukses dalam berbagai tugas pada umumnya memiliki pengaruh penting pada penampilan yakni prestasi akademik.  Salah satu factor yang mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang adalah konsep diri yang dimiliki oleh remaja. Konsep diri yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi keinginannya untuk berprestasi serta  terdapat hubungan yang positif antara konsep diri dengan keinginan untuk berprestasi yang dimiliki oleh individu. Karakter persahabatan dan teman sangat penting untuk mengetahui motivasi berprestasi pada siswa. kelompok sebaya pada remaja bisa berpengaruh pada motivasi berprestasi. Umumnya para remaja sudah mulai memiliki pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan. Pada masa ini remaja harus benar-benar diarahkan untuk memacu diri mengembangkan potensinya dengan optimal. ( Dihimpun dari berbagai sumber: Penulis adalah Guru SMPN 11 Kota Jambi).

No comments:

Post a Comment