Remaja, Konsep Diri dan
Prestasi
Oleh: Nelson Sihaloho

Abstrak:
Masa remaja merupakan salah
satu masa dalam perkembangan manusia yang menarik perhatian untuk dibicarakan,
sebab pada masa remaja, banyak mengalami perubahan serta kesulitan yang harus
dihadapinya. Seringkali masa remaja dianggap sebagai periode transisi yaitu
masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Pada periode masa remaja
biasanya remaja bersaha untuk mampu membina hubungan yang matang dengan teman
sebaya. Moss dan Kagen
(dalam Calhoum & Acocella, 1990) mengatakan bahwa konsep diri yang dimiliki
seseorang akan mempengaruhi keinginannya untuk berprestasi. Hal ini juga
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Gage dan Berliner (1979), bahwa
terdapat hubungan yang positif antara konsep diri dengan keinginan untuk
berprestasi yang dimiliki oleh individu.
Kata kunci: Remaja, Konsep diri dan Prestasi
Gambaran Umum Remaja
Masa
remaja merupakan salah satu masa dalam perkembangan manusia yang menarik
perhatian untuk dibicarakan karena pada masa remaja, seseorang banyak mengalami
perubahan serta kesulitan yang harus dihadapinya. Masa remaja dianggap sebagai
periode transisi yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa.
Pada masa ini remaja berusaha untuk mampu membina hubungan lebih matang dengan
teman sebaya. Remaja pun selalu ingin sukses dalam hidupnya, biasanya remaja
mempunyai cita-cita dan idealisme yang tinggi. Salah satu tugas perkembangan diantaranya
yakni mengembangkan kemampuan intelektual dan menjadi orang yang berpendidikan
serta memiliki motif untuk berprestasi tinggi.
Kebutuhan berprestasi merupakan salah satu motif yang berperan penting
pada remaja. Kebutuhan berprestasi tinggi akan mendorong remaja untuk fokus
pada pencapaian prestasi. Remaja yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
ketika menghadapi masalah akan melakukan cara-cara positif dalam memecahkan
masalahnya, yakni tidak menggunakan kekerasan dalam memecahkan masalah serta berfikir
dengan akal logika. Setiap remaja dalam menjalani kehidupannya, pasti mempunyai
berbagai macam tujuan yang hendak dicapainya.
Sebab
pada masa ini remaja mulai memikirkan jenjang karir maupun keinginan untuk
keberhasilan atau prestasi dimasa mendatang. Menurut Woolfolk (1993) motivasi
berprestasi merupakan suatu keinginan untuk berhasil, berusaha keras, dan
mengungguli orang lain berdasarkan suatu standar mutu tertentu. Adapun
ciri-ciri individu yang memiliki motivasi yang tinggi menurut Birch (dalam
Bernstein, dkk, 1988) adalah menetapkan tujuan yang menantang dan sulit namun
realistik, terus mengejar kesuksesan serta mau mengambil resiko pada suatu
kegiatan, merasakan kepuasan setelah mendapatkan kesuksesan namun terus
berusaha untuk menjadi yang terbaik, dan tidak merasa terganggu oleh kegagalan
yang diperolehnya.
Beberapa
fakor yang mempengaruhi motivasi menurut Woolfolk (1993) yakni faktor internal
dan faktor eksternal. Dalam kehidupan
sosial, remaja banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya dan umumnya remaja
menghabiskan waktu dua kali lebih banyak dengan teman sebayanya daripada,
dengan orang tuanya. Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan
teman-teman sebaya (Hurlock, 1980). Seringkali
remaja termotivasi oleh faktor lingkungan, terutama temannya dimana dalam
lingkungan pertemanan, remaja seringkali ingin mengungguli prestasi-prestasi
yang dicapai oleh temannya yang lain. Keberhasilan mendapatkan prestasi sangat
dipengaruhi oleh faktor motivasi (Ninawati,2002).
Motivasi merupakan hal terpenting dalam proses belajar karena motivasi bukan hanya sebagai penggerak tingkah
laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku dalam belajar. Tinggi rendahnya motivasi dalam belajar terkait
dengan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh para remaja. Motivasi
berprestasi memiliki peran sangat penting di dalam keberhasilan kegiatan
akademik, sebab motivasi berprestasi akan mendorong siswa untuk melakukan semua
kegiatan akademik dengan penuh semangat. Menurut McClelland, et al (1953, dalam
Chapman, 2000) bahwa tingkat usaha seseorang untuk sukses dihubungkan dengan
keberhasilan yang tinggi untuk berprestasi. Motivasi berprestasi harus menjadi
perhatian yang serius dalam rangka mengembangkan peran siswa sebagai modal
dasar kemajuan bangsa. Fernald dan Fernald (1999) mengatakan bahwa tumbuh
kembangnya motivasi berprestasi salah satunya dipengaruhi oleh konsep diri.
Moss dan Kagen (dalam Calhoum & Acocella, 1990) juga mengatakan hal yang sama
bahwa keinginan untuk berhasil dipengaruhi oleh konsep diri yang dimiliki
individu. Harter (1991; dalam Steinberg, 2002) menyebutkan bahwa siswa-siswa
yang percaya akan kemampuan diri sendiri memiliki motivasi berprestasi tinggi
yang akan mempengaruhi penampilan belajar mereka. Konsep diri adalah penilaian
kognitif terhadap diri sendiri (Hattie, 1992).
Faktor Keberhasilan
Keberhasilan
untuk mendapatkan prestasi akademik sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Menurut Gage & Berliner (1979) dan Sumadi Suryabrata (2004) konsep diri dan
motivasi berprestasi merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi akademik. Moss
dan Kagen (dalam Calhoum & Acocella, 1990) mengatakan bahwa konsep diri
yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi keinginannya untuk berprestasi. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Gage dan Berliner (1979), menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara konsep diri dengan keinginan untuk
berprestasi yang dimiliki oleh individu. Studi yang dilakukan oleh Harter
(1991; dalam Damon, 1998) mengindikasikan bahwa siswa-siswa yang percaya akan
kemampuan diri sendiri memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mempengaruhi
prestasi akademik mereka. Konsep diri merupakan
bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek
pengalaman baik itu pikiran, perasaan, persepsi, dan tingkah laku individu
(Calhoum & Acocella, 1990). Hattie (1992) juga
mengatakan bahwa konsep diri merupakan pedoman
dalam bertingkah laku, yakni perilaku untuk berprestasi.
Snygg, Combs dan Jersild (dalam Burn, 1993) menyebutkan bahwa
konsep diri
merupakan variabel penting yang mempengaruhi tingkah laku siswa. Perbedaan
dalam konsep diri berkaitan erat dengan perbedaan dalam prestasi akademik. Fink
(1962) menemukan hubungan yang signifikan antara konsep diri yang
rendah dengan prestasi akademik rendah, dan hubungan ini tampak lebih kuat
pada siswa laki-laki dibandingkan dengan siswa perempuan. Jones dan Grieneeks
(1970; dalam
Burns, 1993) telah meneliti hubungan antara konsep diri dengan prestasi akademik.
Hasilnya adalah terdapat hubungan positif antara konsep diri dengan prestasi
akademik pada siswa baik laki-laki maupun perempuan. Jones juga menemukan bahwa
konsep diri merupakan prediktor yang terbaik terhadap prestasi akademik, bahkan
berada di atas IQ dan bakat. Penelitian Brookover, Thomas dan Peterson (1964;
dalam Burns, 1993), mendapatkan hasil bahwa konsep diri secara signifikan dan
positif berkaitan dengan evaluasi yang dilakukan significant other.dalam
bidang akademik, berhubungan dengan description, expectation, dan prescription. Secara
umum motivasi seseorang tidak berada pada suatu keadaan yang stabil karena
dipengaruhi oleh berbagai factor. Fernald dan Fernald (1999) mengungkapkan
terdapat empat factor yang mempengaruh motivasi berprestasi, yaitu: keluarga
dan kebudayaan, konsep diri, jenis kelamin dan pengakuan/prestasi. Setiap
individu yang telah terpenuhi kebutuhan pokoknya memiliki kecenderungan untuk motivasi
berprestasi. McClelland (dalam Robin, 1996) menyatakan bahwa bahwa yang
membedakan antara individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan
yang rendah adalah keinginan dirinya untuk dapat menyelesaikan sesuatu dengan
lebih baik. Heckhausen (1967), menyatakan bahwa
individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki ciri-ciri yakni,
memiliki gambaran diri positif, optimis dan percaya diri; lebih memilih tugas
yang tingkat kesukarannya sedang-sedang saja daripada tugas-tugas yang sangat
sukar atau sangat mudah; berorientasi ke masa depan; sangat menghargai waktu;
tabah, tekun dan gigih dalam mengerjakan tugas; serta lebih memilih seorang ahli
sebagai mitra daripada orang yang simpatik. Ciri-ciri orang-orang yang memiliki
motivasi berprestasi yang tinggi adalah berprestasi yang dihubungkan dengan
seperangkat standar, memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kegiatan-kegiatan
yang dilakukan, adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik atas pekerjaan
yang dilakukannya, menghindarkan tugas-tugas yang sulit atau terlalu mudah,
tetapi akan memilih tugas-tugas yang tingkat kesukarannya sedang, inovatif,
yaitu dalam melakukan suatu pekerjaan dilakukan dengan cara yang berbeda,
efisien, dan lebih baik daripada sebelumnya, tidak menyukai keberhasilan yang
bersifat kebetulan atau karena tindakan orang lain, dan ingin merasakan sukses
atau kegagalan disebabkan oleh tindakan individu itu sendiri.
McClelland
maupun Heckhausen menjadikan standar keunggulan sebagai ukuran dari target
prestasi yang akan dicapai. Standar keunggulan ini meliputi; prestasi orang lain; prestasi sendiri di masa
lalu dan tugas. Heckhausen,et.el
juga menyatakan bahwa motivasi
berprestasi memiliki aspek-aspek yakni; kebutuhan berprestasi; kegiatan
berprestasi; antisipasi tujuan; hambatan; bantuan; dan suasanaperasaan. Motivasi berprestasi
menyangkut aktivitas yang bersifat kompetitif, dimana seseorang akan berusaha
memperoleh kesuksesan atau mengerjakan sesuatu sebaik mungkin atau lebih baik
dari apa yang telah dicapai sebelumnya dan dikerjakan orang lain, keinginan
bersaing dengan berhasil sehingga menimbulkan perasaan bangga jika berhasil
serta tuntutan dalam diri untuk bekerja dengan baik didalam intensitas dan
kualitas dari tindakan yang dilakukan.
Simpulan
Motivasi
berprestasi berkorelasi positif dengan harapan untuk sukses, bukan dengan takut
akan gagal serta persepsi seseorang tentang kemungkinan untuk sukses dalam
berbagai tugas pada umumnya memiliki pengaruh penting pada penampilan yakni
prestasi akademik. Salah satu factor yang mempengaruhi motivasi
berprestasi seseorang adalah konsep diri yang dimiliki oleh remaja. Konsep diri
yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi keinginannya untuk berprestasi
serta terdapat hubungan yang positif
antara konsep diri dengan keinginan untuk berprestasi yang dimiliki oleh
individu. Karakter persahabatan dan teman sangat
penting untuk mengetahui motivasi berprestasi pada siswa. kelompok sebaya pada
remaja bisa berpengaruh pada motivasi berprestasi. Umumnya para remaja sudah mulai
memiliki pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu
perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan. Pada masa ini remaja
harus benar-benar diarahkan untuk memacu diri mengembangkan potensinya dengan
optimal. ( Dihimpun dari berbagai sumber: Penulis adalah Guru SMPN 11 Kota
Jambi).
No comments:
Post a Comment